BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan
pada dasarnya adalah proses komunikasi yang didalamnya mengandung transformasi
pengetahuan, nilai-nilai dan ketrampilan-ketrampilan, didalam dan di luar
sekolah yang berlangsung sepanjang hayat, dari generasi ke generasi (Dwi
Siswoyo, 2008: 25). Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa hampir dari
seluruh kegiatan manusia yang bersifat positif dapat dianggap bahwa mereka
telah melakukan proses pendidikan. Tujuan pendidikan secara luas antara lain adalah
untuk meningkatkan kecerdasan, membentuk manusia yang berkualitas, terampil,
mandiri, inovatif, dan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Oleh karena
itu, pendidikan sangat diperlukan oleh manusia untuk dapat melangsungkan
kehidupan sebagai makhluk individu, sosial dan beragama. Di sinilah peran
lembaga pendidikan baik formal maupun non formal untuk membantu masyarakat
dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang telah disampaikan di atas, melalui
pendidikan sepanjang hayat manusia diharapkan mampu menjadi manusia yang
terdidik.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1.
Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat
2.
Konsep Belajar Pendidikan Sepanjang Hayat
3.
Tahap Proses Belajar Pendidikan Sepanjang Hayat
4. Faktor yang
mendukung Proses Belajar
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat
2.
Konsep Belajar Pendidikan Sepanjang Hayat
3.
Apa saja Tahap-tahap Proses Belajar Pendidikan Sepanjang Hayat
4.
Faktor yang mendukung Proses
Belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Sepanjang
Hayat
Pendidikan sepanjang hayat (life long
education) adalah sebuah sistem pendidikan yang dilakukan oleh manusia
ketika lahir sampai meninggal dunia. Pendidikan sepanjang hayat merupakan
fenomena yang sudah tidak asing lagi. Dimana tahap-tahap pelaksanaannya adalah
harus ada : motivasi, perhatian dan pelajaran, menerima dan mengingat,
reproduksi, generalisasi, menerapkan apa yang telah diajarkan serta umpan
balik. Dimana pendidikan sepanjang hayat ini juga akan mampu membentuk
kemandirian dari seseorang, salah satunya dengan pendidikan non formal, yang
mampu membangkitkan daya pikir, berbuat positif dari, oleh dan untuk dirinya
sendiri serta lingkungan. Dalam upaya memajukan pendidikan di Indonesia UNESCO
mengeluarkan empat pilar yang dapat menopang pendidikan yang ada di Indonesia
ini. Keempat pilar tersebut adalah learning to know, learning to do, learning
to be, dan learning to live together. Dimana Untuk mengimplementasikan
“learning to know” (belajar untuk mengetahui), Guru harus mampu menempatkan
dirinya sebagai fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan
ganda sebagai kawan berdialog bagi siswanya dalam rangka mengembangkan
penguasaan pengetahuan siswa.
Dengan
kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan
menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat
dunia. Mengarah ke point ketiga, “Learning To Be” belajar untuk
menjadi seseorang. Hal ini sangat berkaitan dengan bakat dan minat yang
dimiliki seseorang. Jika seseorang memiliki bakat yang lebih, dalam suatu
bidang tidak akan mampu berkembang apabila tanpa ada dukungan dan fasilitas
baik dari guru itu sendiri dan pengaruh lingkungan luar. Ini dimaksudkan agar
seorang siswa mampu mewujudkan dan mengembangkan bakatnya sesuai dengan
harapannya. Jadi tanpa peranan guru sebagai fasilitator maka pilar ketiga yang
dicetuskan UNESCO tidak akan terlaksana dengan baik. Begitu juga dengan poin
yang keempat “Learning to Live Together” belajar untuk menjalani kehidupan
bersama. Maksud dari point keempat ini adalah bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat yang aman tentram, dan saling menghargai antar agama, suku, ras, dan
budaya dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini toleransi antar
sesama manusia sangat diperlukan, karena umat manusia itu ditakdirkan untuk
menjalani kehidupan bersama-sama dan tidak dapat menjalani kehidupan itu
sendiri.
1. Prinsip Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan sepanjang hayat,
sebagaimana dijelaskan oleh UNESCO Institute for Education (1979),
memberikan arahan supaya pendidikan dikembangkan di atas prinsip-prinsip
pendidikan sebagai berikut :
1.
Pendidikan hanya berakhir apabila manusia telah meninggalkan dunia fana ini.
2.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan motivasi yang kuta bagi peserta didik
untuk merencanakan dan melakukan kegiatan belajar secara tertata.
3.
Kegiatan belajar ditujukkan untuk memperoleh, memperbaharui, dan atau
miningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah dimiliki dan yang
mau atau tidak mauh harus dimiliki oleh siswa.
4.
Pendidikan memiliki tujuan-tujuan berangkat dalam memenuhi kebutuhan belajar
dan dalam mengembangkan kepuasan diri setiap insan yanglakukan kegiatan
belajar.
5.
Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan manusia,
baik untuk memotivasi diri maupun untuk meningkatkan kemampuannya, agar manusia
selalu melakukan kegiatan belajar guna memenuhi kebutuhan hidupnya..
6.
Pendidikan nonformal mengakui keberadaan dan pengtingnya pendidikan formal
serta dapat menerima pengaruh dair pendidikan formal karena kehadirannya kedua
jalur pendidikan ini untuk saling melengkapi dan saling mendukung antara satu
dengan yang lainnya.
2. Dimensi Pendidikan Sepanjang Hayat
Belajar sepanjang hayat adalah suatu
proses yang terus menerus untuk setiap orang dengan menambah dan menyesuaikan
pengetahuan dan keterampilannya, serta pertimbangan dan kemampuan untuk
tindakannya. Hal itu harus mamampukan manusia untuk menjadi sadar akan
diri sendiri dan lingkunganya, dan untuk memainkan peranan sosial dalam
pekerjaan dan dalam lingkungan masyarakat. Pengetahuan, keterampilan kerja,
pemahaman baaimana hidup dengan orang lain, dan keterampilan-keterampilan
hidup, merupakan empat aspek yang terkait sangat erat dari kenyataan yang sama.
Pendidikan
sepanjang hayat juga untuk menbangunkan kerjaya seseorang bagi meningkatkan
produktiviti individu,organisasi tempat kerja dan negara.Hal in bermakna proses
pembelajaran itu akan berakhir apabila seseorang itu meninggalkan alam
persekolah,sebalik proses tersebut berterusan sepanjang hayat. Mengikut kajian
UNESCO,kemajuan yang dicapai oleh negara-negara membangun ialah hasil daripada
perancangan strategik pembangunan sumber manusia.Perancangan ini memberi
peluang kepada seluruh anggota masyarakat untuk mendapat pendidikan dan
pembelajaran sepanjang hayat.Pada pertengahan tahun 1990-an Pertubuhan
Bangsa-bangsa Bersatu melalui UNESCO telah melancarkan program bagi meningkat
kesedaran membangun.Pertubuhan Bangsa-bangsa Bersatu pada masa ini talah
mengiktiraf pendidikan sepanjang hayat sebagai kunci kepada pembangunan sumber
maunsia.
Menyedari
hakikat tentang pentingnya pendidikan sepanjang hayat bagi memakmurkan dan
memajukan negara,kerajaan malaysia telah mengambil beberapa tindakan
proaktif.Antaranya,menggubal beberapa dasardan meetakkan kompenen pendidikan
sepanjang hayat sebagai terus utama dalam perancangan pembangunan
negara.Sebagai contoh,Rangka Rancangan jangka panjang ketiga(RRJP3)bagi tempoh
2001-2010 dan Dasar Wawasan Negera(DWN)adalah antara rangka pembangunan negara
jangka panjang bagi menghadapi cabaran globalisasi.Rangka rancangan pembamgunan
negara yang dirancang begitu teliti dan sistematik ini telah berjaya melahirkan
modal insan yang berkualiti,berprgetahuan,berkemahiran dan bertaraf dunia.
B. Konsep Belajar Pendidikan Sepanjang Hayat
Belajar
sepanjang hayat adalah suatu konsep tentang belajar terus menerus dan
berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai akhir hayat, sejalan
dengan fase-fase perkembangan pada manusia. Oleh karena setiap fase
perkembangan pada masing-masing individu harus dilalui dengan belajar agar
dapat memenuhi tugas-tugas perkembanganya, maka belajar itu dimulai dari masa
kanak-kanak sampai dewasa dan bahkan masa tua. Bertolak dari fase-fase
perkembangan seperti dikemukakan Havinghurst, berimplikasi kepada keharusan
untuk belajar secara terus menerus sepanjang hayat dan memberi kemudahan kepada
para perancang pendidikan pada setiap jenjang pendidikan untuk :
1. Menentukan
arah pendidikan.
2.
Menentukan metode atau model belajar anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan
tugas perkembangannya.
3.
Menyiapkan materi pembelajaran yang tepat.
4.
Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tugas perkembangan itu.
Dalam
hubungannya dengan belajar sepanjang hayat, akan dikemukakan tugas-tugas
perkembangan masa dewasa awal, masa setengah baya dan orang tua, untuk
memberikan pengalaman belajar yang sesuai dalam rangka belajar sepanjang hayat.
Tugas perkembangan tersebut adalah:
a. Tugas
perkembangan masa dewasa awal: Memilih pasangan hidup, bertanggung jawab
sebagai warga Negara, dan berupaya mendapatkan kelompok social yang tepat serta
menarik.
b. Tugas perkembangan masa setengah baya: Bertanggung jawab
social dan menjadi warga Negara yang baik, mengisi waktu senggang dengan
kegiatan-kegiatan tertentu, menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan
pertambahan umur.
c. Tugas perkembangan orang tua: Menyesuaikan din dengan
menurunnya kekuatan fisik, kesehatan dan pendapatan. Menyesuaikan diri dengan keadaan
sebagai janda, duda, memenuhi kewajiban sosial sebagai seorang warga Negara
yang baik dan membangun kehidupan fisik yang memuaskan.
Tugas-tugas perkembangan itu nampaknya
disiapkan untuk belajar sepanjang hayat, yang dapat dilihat dari adanya tugas
perkembangan untuk orang dewasa, setengah baya dan untuk masa tua. Tugas
perkembangan ini juga amat berguna bagi pendidikan luar sekolah, di rumah dalam
kehidupan rumah tangga maupun di lembaga-lembaga pendidikan yang ada di
masyarakat, seperti kursus-kursus, perkumpulan sodial, agama, persatuan para
lanjut usia dan sebagainya.
Tujuan Konsep Pendidikan Sepanjang
Hayat
Seperti yang telah dikemukakan Havinghurst,
berimplikasi kepada keharusan untuk belajar secara terus menerus sepanjang
hayat dan memberi kemudahan kepada para perancang pendidikan pada setiap
jenjang pendidikan untuk:
a.
Menentukan arah
pendidikan,
b. Menentukan metode atau model belajar anak-anak agar
mereka mampu menyelesaikan tugas perkembangannya,
c.
Menyiapkan
materi pembelajaran yang tepat,
d. Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tugas
perkembangan itu.
C. Tahap Proses Belajar Pendidikan Sepanjang Hayat
Belajar sepanjang hayat
adalah suatu konsep, suatu idea, gagasan pokok dalam konsep ini ialah bahwa
belajar itu tidak hanya berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan formal
seseorang masih dapat memperoleh pengetahuan kalau ia mau, setelah ia selesai
mengikuti pendidikan di suatu lembaga pendidikan formal. Ditekankan pula bahwa
belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung sepanjang
kehidupan seseorang. Bedasarkan idea tersebut konsep belajar sepanjang hayat
sering pula dikatakan sebagai belajar berkesinambungan (continuing learning).
Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak akan ketinggalan zaman dan dapat
memperbaharui pengetahuannya, terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut.
Dengan pengetahuan yang selalu diperbaharui ini, mereka tidak akan terasing dan
generasi muda, mereka tidak akan menjadi snile atau pikun secara dini, dan
tetap dapat memberikan sumbangannya bagi kehidupan di lingkungannya.
Tahapan belajar manusia pada dasarnya terdiri dari dua
bagian. Bagian yang pertama ialah proses belajar yang tidak dapat dilihat oleh
panca indera, karena proses belajar terjadi dalam pikiran seseorang yang sedang
melakukan kegiatan belajar. Proses ini sering disebut dengan proses intern.
Bagian yang kedua disebut proses belajar ekstern, proses ini dapat menunjukkan
apakah dalam diri seseorang telah terjadi proses belajar yang ditandai dengan
adanya perubahan ke arah yang lebih baik.
Menurut Suprijanto (2007) proses belajar yang terjadi
dalam diri seseorang yang sedang belajar berlangsung melalui enam tahapan yaitu
:
a.
Motivasi
Yang dimaksud motivasi di sini adalah keinginan untuk
mencapai suatu hal. Apabila dalam diri peserta didik tidak ada minat untuk
belajar, tentu saja proses belajar tidak akan berjalan dengan baik. Jika
demikian halnya, pendidik harus menumbuhkan minat belajar tersebut dengan
berbagai cara, antara lain dengan menjelaskan pentingnya pelajaran dan mengapa
materi itu perlu dipelajari.
b.
Perhatian
pada Pelajaran
Peserta didik harus dapat memusatkan perhatiannya pada
pelajaran. Apabila hal itu tidak terjadi maka proses belajar akan mengalami
hambatan. Perhatian peserta ini sangat tergantung pada pembimbing.
c.
Menerima dan
Mengingat
Setelah memperhatikan pelajaran, seorang peserta didik
akan mengerti dan menerima serta menyimpan dalam pikirannya. Tahap menerima dan
mengingat ini harus terjadi pada diri orang yang sedang belajar. Ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan dan pengingatan ini, seperti
struktur, makna, pengulangan pelajaran , dan interverensi.
d.
Reproduksi
Dalam proses belajar, seseorang tidak hanya harus
menerima dan mengingat informasi baru saja, tetapi ia juga harus dapat
menemukan kembali apa-apa yang pernah dia terima. Agar peserta didik mampu
melakukan reproduksi, pendidik perlu menyajikan pengajarannya dengan cara yang
mengesankan.
e.
Generalisasi
Pada tahap generalisasi ini, peserta didik harus mampu
menerapkan hal yang telah dipelajari di tempat lain dan dalam ruang lingkup
yang lebih luas. Generalisasi juga dapat diartikan penerapan hal yang telah
dipelajari dari situasi yang satu ke situasi yang lain.
f.
Menerapkan
Apa yang Telah Diajarkan serta Umpan Balik
Dalam tahap ini, peserta didik harus sudah memahami
dan dapat menerapkan apa yang telah diajarkan. Untuk meyakinkan bahwa peserta
didik telah benar-benar memahami, maka pembimbing dapat memberikan tugas atau
tes yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Tes yang diberikan pun dapat
berupa tes tertulis maupun lisan. Selanjutnya, pendidik berkewajiban memberikan
umpan balik berupa penjelasan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan umpan
balik seperti itu, peserta didik dapat mengetahui seberapa ia memahami apa yang
diajarkan dan dapat mengoreksi dirinya sendiri.
D. Faktor yang mendukung Proses Belajar
Secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar bagi peserta didik, dibedakan atas dua kategori,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling
mempengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
A. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar
individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor
psikologis.
1.
Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah
faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini
dibedakan menjadi dua macam. Pertama,
keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi
aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh
positif terhadap kegiatan belajar individu. Kedua,
keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran
fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar,
terutama panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah
aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk
bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia.
2.
Faktor Psikologis
Faktor –faktor psikologis adalah
keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa
faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan
siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
a. Kecerdasan /Intelegensia Siswa
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling
penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar
siswa. Semakin tinggi intelegensia seorang individu, semakin besar peluang
individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah
tingkat intelegensia individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan
belajar.
b. Motivasi
Motivasi
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli
psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang
aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin,
1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan
dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
c. Minat
Minat
sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap
aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar.
Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik
lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran
yang akan dihadapinya atau dipelajarinya.
d. Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu
dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal
yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons
dengan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya,
baik secara positif maupun negative (Syah, 2003).
e. Bakat
Faktor
psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Slavin (1994)
mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untuk
belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu
komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat
seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan
mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
B.
Faktor-faktor Eksogen/Eksternal
1.
Lingkungan
Sosial
a. Lingkungan
sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi proses belajar seorang siswa.
b.
Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan
masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa.
c.
Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat
mempengaruhi kegiatan belajar. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2.
Lingkungan
non sosial.
Faktor-faktor
yang termasuk lingkungan non-sosial adalah :
a. Lingkungan alamiah,
seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang
tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk
dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor- faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa.
b. Faktor materi pelajaran
(yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan
kondisi perkembangan siswa.
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Pengertian
Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan
sepanjang hayat (life long education) adalah sebuah sistem pendidikan
yang dilakukan oleh manusia ketika lahir sampai meninggal dunia. Pendidikan
sepanjang hayat merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi. Dimana
tahap-tahap pelaksanaannya adalah harus ada : motivasi, perhatian dan pelajaran,
menerima dan mengingat, reproduksi, generalisasi, menerapkan apa yang telah
diajarkan serta umpan balik.
2.
Tahap
Proses Belajar Pendidikan Sepanjang Hayat
Belajar
sepanjang hayat adalah suatu konsep, suatu idea, gagasan pokok dalam konsep ini
ialah bahwa belajar itu tidak hanya berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan
formal seseorang masih dapat memperoleh pengetahuan kalau ia mau, setelah ia
selesai mengikuti pendidikan di suatu lembaga pendidikan formal. Ditekankan
pula bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung
sepanjang kehidupan seseorang.
3.
Konsep
Belajar Pendidikan Sepanjang Hayat
Konsep
belajar sepanjang hayat adalah suatu idea atau gagasan yang manyatakan bahwa
belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung secara
terus-menerus sepanjang kehidupan, hal ini sesuai dengan tinjauan psikologis
yang menjelaskan bahwa pada setiap fase perkembangan, setiap individu perlu
belajar agar dapat melaksanakan tugas-tugas pada setiap fase perkembangan
tersebut.
4. Faktor yang mendukung Proses Belajar
Secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar bagi peserta didik, dibedakan atas dua kategori,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling
mempengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
B.
Saran
Dalam Penulisan makalah ini kami
merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang
telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudjana S., H. Djudju, SPd., M. Ed., PhD. Pendidikan Luar Sekolah (wawasan, sejarah
perkembangan,falsafah & teori pendukung, serta asas), Bandung, 1422H-2001M
2. Lengarand Paul. Pengantar Pendidikan Sepanjang Hayat. PT. GUNUNG AGUNG - JAKARTA 1984
|